Definisi
Epidural Hematom adalah perdarahan intrakranial yang terjadi karena fraktur tulang tengkorak dalam ruang antara tabula interna kranii dengan duramater. Perdarahan ini paling sering terjadi akibat robeknya arteri meningea media atau cabang-cabangnya, namun dapat juga berasal dari vena. Lokasi yang paling sering dari perdarahan ini adalah di bagian temporal atau tempoparietal. Kedua lokasi ini ditemui pada 70% kasus perdarahan epidural. Sisanya berlokasi di bagian frontal, oksipital dan fossa serebri posterior.
Epidemiologi
Tercatat sekitar 16.500 orang meninggal di seluruh dunia setiap hari yang diakibatkan oleh semua jenis cedera dan 12% di antaranya diakibatkan oleh epidural hematoma. Menurut Riskesdas, kejadian kasus cidera di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 8,2%, dengan kasus tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Selatan (12,8%) dan kasus terkecil di Jambi (4,5%). Mayoritas kasus cedera kepala didominasi kelompok umur dewasa yaitu sebesar 38,8% dan usia lanjut (lansia) 13,3% dan anak anak sekitar 11,3%.
Etiologi
Epidural hematom utamanya disebabkan oleh gangguan struktur duramater dan pembuluh darah kepala biasanya karena fraktur. Dapat terjadi akibat kecelakaan kerja maupun lalu lintas. Pada beberapa kasus, EDH juga bisa disebabkan oleh kondisi non-traumatis, seperti infeksi atau abses, koagulopati, tumor hemoragik, serta malformasi vaskular.
Patofisiologi
Cedera disebabkan oleh laserasi arteri meningea media atau sinus dura, dengan atau tanpa disertai fraktur tengkorak. Perdarahan dari epidural hematom dapat menyebabkan kompresi, pergeseran, dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Pada epidural hematom, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan duramater bila salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak. Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematom, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda penurunan neurologis. Tekanan dari herniasi pada sirkulasi arteria yang mengatur formation retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuklei saraf cranial ketiga (oculomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda Babinsky positif. Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intrakranial yang besar.
Timbul tanda tanda lanjut peningkatan tekanan intrakranial antara lain gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan. Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut lucid interval. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada epidural hematom.
Manifestasi Klinis
Manifestasi
- Pasien dengan epidural hematom mengalami hilang kesadaran singkat setelah trauma kepala, diikuti lucid interval dan penurunan neurologis.
- Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan gejala khas berupa:
- kesadaran menurun secara progresif
- tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga
- terdapat cairan yang keluar dari saluran hidung atau telinga.
- Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan epilepsi fokal.
- Pada perjalanannya, terjadi peningkatan tekanan darah dan bradikardi, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah tanda telah terjadi herniasi tentorial.
- Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
- Foto polos
Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi yang mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong sulcus arteria meningea media
- CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah temporoparietal. Hiperdens, berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma.
Tatalaksana
Tatalaksana
- Penatalaksanaan awal
- Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC), pasang collar brace
- elevasi kepala dari tempat tidur setinggi 30-45°
- pemberian cairan isotonis
- terapi medikamentosa sesuai keluhan yang timbul berupa analgetik, antiemetic, H2 reseptor antagonis, atau antibiotik.
- Bila telah stabil pasien dirujuk ke fasilitas rumah sakit yang memiliki sarana dokter spesialis bedah saraf.
- Epidural hematoma dengan gejala minimal, tidak ada defisit neurologis fokal, tidak ada tanda herniasi dapat, diberikan terapi dengan medikamentosa dan observasi neurologis ketat.
- Transfer/Rujukan ke fasilitas Rumah Sakit dengan sarana/spesialis bedah sarah, dilakukan pada keadaan :
- Pasien tidak sadar atau GCS < 15
- Terdapat gejala defisit neurologis fokal : hemipareses, hipestesi, gangguan penglihatan, dan ataksia.
- Suspek fraktur skull atau trauma penetrating (tanda fraktur basis kranii, fraktur depress terbuka
- Trauma kepala dengan mekanisme trauma akibat benturan high energy :
o terlempar dari kendaraan bermotor,
o jatuh dari ketinggian lebih dari 1 meter, atau kurang pada batyi,
o tabrakan kendaraan bermotor kecepatan tinggi
- Riwayat kejang
- Suspek trauma cervical
- Indikasi pembedahan
- Gejala klinis terdapat penurunan kesadaran, defisit neurologis lokal, tanda herniasi dan gangguan kardiopulmonal.
- Dari CT Scan: epidural hematoma dengan volume >30 cc, tebal > 1 cm dan pergeseran struktur midline >5mm
Sumber
SUMBER
Andrian., Wahyuni, H. P. 2023. Perdarahan IntrakraniaL. Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kedokteran (JURRIKE). Vol. 2(1). Viewed on 1st November 2024. From: https://prin.or.id/index.php/JURRIKE/article/view/1064
Ansar, J. W., Anggorotomo, W., et al. 2021. GAMBARAN KLINIS PASIEN EPIDURAL HEMATOMA DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan. Vol. 8 (3). Viewed on 1st November 2024. From: https://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/4835/pdf
Jumasing, Jamaludidin, A., Musdalifah. 2022. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EPIDURAL HEMATOMA DENGAN MASALAH HIPERTERMI DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR. Alauddin Scientific Journal of Nursing (ASJN). Vol. 3(1). Viewed on 1st November 2024. From: https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/article/view/28895
Sompa, A. W., Wilaksono, B. 2023. Efektivitas Citicoline sebagai Agen Neuroprotektif dalam Tata Laksana Traumatic Brain Injury. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 50 (12). Viewed on 1st November 2024. From: https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1015
Widiastuti, M., Halimi, R. A., et al. 2022. Tatalaksana Anestesi pada Pasien dengan Perdarahan Epidural dan Infeksi COVID-19. Jurnal Neuroanestesi Indonesia (JNI). Vol. 11 (3). Viewed on 1st November 2024. From: https://www.inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/450