Bulletin Disease 28 Juli
- DEFINISI
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi virus dengan tanda adanya kebocoran plasma darah (plasma leakage). Tahap awal demam berdarah dengue dapat menyerupai demam dengue biasa (demam dengan suhu berkisar 39-40°C dan bifasik). Pada DBD, diketahui terjadi perubahan pada faal hemostasis dan plasma leakage. Tanda dari kelainan tersebut terlihat dari penurunan kadar trombosit darah (trombositopenia) dan peningkatan kadar hematokrit.[1]
B.ETIOLOGI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh vírus (genus Flavivirus, famili Flaviviridae). Virus ini masuk ke sistem peredaran darah melalui gigitan vector. Vektor yang paling sering sebagai perantara virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopticus. Virus ini, sampai saat ini ini diketahui memiliki empat jenis serotipe (DEN-1. DEN-2, DEN-3 dan DEN-4).[1]
C.EPIDEMIOLOGI
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 50 hingga 100 juta infeksi terjadi setiap tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dan 22.000 kematian, sebagian besar di antara anak-anak [2]. Demam berdarah dengue dapat menyerang semua kelompok umur dan dapat terjadi sepanjang tahun terutama saat musim penghujan. Karena cepatnya penyebaran penyakit, DBD sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Berdasarkan laporan yang dilaporkan pada tahun 2013, jumlah pasien dengan diagnosis DBD di seluruh Indonesia melebihi 100.000 kasus dengan jumlah kematian (mortalitas) yang cukup tinggi berkisar antara 800-900 orang. Sedangkan angka kesakitan (morbiditas) dilaporkan sebanyak 45,85 tiap 100.000 penduduk sedangkan proposi kematian sebanyak 0,77%. Didapatkan pula bahwa total kasus ditahun 2013 lebih tinggi dibandingkan pada kurun waktu yang sama pada tahun 2012 (90.245 kasus dengan angka kejadian 7,27 per 100.000 penduduk). [1]
D. PATOFISIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh etiologi virus yang sama, namun memiliki patofisiologi berbeda sehingga memiliki gejala klinis yang berbeda pula. Perbedaan mendasar pada DD dan DBD adalah adanya kebocoran plasma (plasma leakage) pada DBD yang diduga disebabkan oleh karena proses imun. Manifestasi klinis DBD terjadi karena efek reaksi tubuh yang dihinggapi virus di dalam peredaran darah dan digesti oleh makrofag. Pada dua hari awal gejala akan terjadi penumpukan material virus dalam darah (viremia) dan berakhir setelah lima hari timbul gejala demam. Setelah didigesti oleh Makrofag, makrofag tersebut secara otomatis menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktifkan sel T- helper. Setelah sel T-helper aktif, sel makrofag lain akan dating dan memfagosit lebih banyak virus dengue. Lebih lanjut, sel T-helper akan mengaktifkan sel T-sitotoksik dan akan menghancurkan (lisis) makrofag (yang memfagositosis virus) dan akhirnya mengaktifasi sel B untuk melepas antibodi. Seluruh rangkaian proses ini menyebabkan terlepasnya mediator-mediator inflamasi dan menyebabkan gejala sistemik seperti nyeri sendi, demam, malaise, nyeri otot, dan lain-lain. Pada demam dengue ini dapat terjadi perdarahan karena adanya agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia. [1]
E. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi
berikut: [3]
- Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus
- Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet positif.
- Trombositopnia (Trombosit ≤ 100.000/mm³)
- Hepatomegali
- Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan permeabilitas vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut:
- Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥ 20% dari nilai baseline atau penurunan sebesar itu pada fase konvalesens
- Efusi pleura, asites atau hipoproteinemia/ hipoalbuminemia
(Klasifikasi infeksi dengue dan tingkat keparahan DBD menurut WHO) [4]
Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan adalah[5][3] :
- Pemeriksaan serologi IgM dan IgG (dapat diketahui jenis infeksinya, apakah infeksi primer atau infeksi sekunder)
- Pemeriksaan darah lengkap (ada banyak parameter yang dapat dilihat, pada umumnya trombosit, hematokrit, dan leukosit)
- Isolasi virus Dengue dari serum atau sampel otopsi
- Pemeriksaan HI Test dimana terdapat peningkatan titer antibodi 4 kali pada pasangan serum akut dan konvalesen atau peningkatan antibodi IgM spesifik untuk virus dengue
- pemeriksaan antigen dengue dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) atau pemeriksaan NS1 dengue.
F. TATALAKSANA
Tatalaksana demam berdarah dengue (DBD) bersifat sesuai gejala (simptomatis) dan suportif. [1][3]
- Tirah baring, selama masih demam.
- Parasetamol (10 mg/kg/BB/kali) diberikan bila perlu (>38oC) dengan rentang waktu 4-6 jam, hindari pemberian obat golongan NSAID/aspirin/ibuprofen. Lanjutkan memberikan kompres air hangat. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral untuk mencegah dehidrasi.
- Jika pasien tidak dapat minum atau terus muntah dapat di rawat inap dan dipasang infus jumlah dan jenis sesuai kebutuhan
- Periksa Hb, Ht setiap 6 jam dan trombosit setiap 12 jam
- Pantau gejala klinis dan laboratorium. Jika Ht naik atau Trombosit turun ganti infus dengan RL/RA/NS dengan ketentuan BB<15 kg berikan 6-7ml/kgBB/jam. BB 15-40 kg berikan 5ml/kgBB/jam/ BB>40 kg berikan 3-4 ml/kgBB/jam
- Jika terdapat perbaikan yang dapat dilihat dari tidak gelisah, nadi kuat, tekanan darah stabil, dieresis cukup (>1 ml/kgBB/jam), ht turun. Tetesan dapat dikurangi dan pemberian infus dapat dihentikan setelah 24-48 jam bila tanda vital/ht stabil dan dieresis cukup
- Perburukan dengan tanda gelisah, dister pernafasan, frekuensi nadi naik, hipotensi/tekanan nadi <20 mmHg, dieresis kurang/tidak ada, pengisian kapiler >2 detik dan Ht tetap tinggi maka masuk ke protokol syok
- Berikan infus kristaloid dan atau koloid 20ml/kgBB secepatnya beserta oksigen 2-4 liter/menit. Dievaluasi hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam
- Jika syok teratasi, cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam dan perlahan lahan diturunkan menjadi 5ml/kgBB/jam hingga diturunkan ke 3ml/kgBB/jam. Pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam setelah syok teratasi dan tanda vital/ht stabil beserta dieresis cukup
- Jika syok belum teratasi, cairan dapat dilanjutkan. Terus dilakukan observasi tanda vital, dieresis, Hb, Ht, trombosit, leukosit, elektrolit keseimbangan asam basa.
- Jika berikutnya masih belum teratasi dan kadar hematokrit menurun dapat diberikan tranfusi PRC 10ml/kgBB
- Apabila syok belum teratasi dapat dipertimbangkan pemakaian inotropik dan koloid
G. PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari seberapa cepat penyakit DBD ini diketahui dan penanganan yang tepat sesuai penentuan derajat DBD pada saat diketahui. Lebih dini penyakit DBD diketahui serta penanganan yang cepat, tepat dan adekuat memberikan prognosis yang baik. [1]
DAFTAR PUSTAKA
- Indriyani, Rendang DP, Gustawan, I. Manifestasi klinis dan penanganan demam berdarah dengue grade 1: sebuah tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis. 2020; 11(3): 1015-1019.
- Aryu, C. Asupan Gizi dan Penyakit Demam Berdarah/Dengue Hemoragic Fever (DHF). Jurnal of Nutrition and Health. 2019; 7(2): 23-31.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:Kemenkes RI; 2017.p.13-30
- World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Revised and Expanded Edition. South East Asia:WHO; 2012. p.26
- Pawestri, Stithaprajna NM, Santhi, Dharma DGD, Lestari, Wiradewi AA. Gambaran pemeriksaan serologi, darah lengkap, serta manifestasi klinis demam berdarah dengue pasien dewasa di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari sampai Desember 2016. Intisari Sains Medis. 2020; 11(2): 856-860.