Anosmia merupakan kondisi ketika seseorang mengalami pengurangan bahkan kehilangan daya penciumannya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor usia, penyakit sinonasal, gegar otak, infeksi saluran pernapasan atas, maupun neurodegeneratif system. Anosmia tergolong dalam kondisi disfungsi kemosensoris yang melibatkan indera penciuman. Diagnosa penyebab terjadinya kebanyakan dikarenakan oleh penyakit nasal dan sinus, virus, dan trauma kepala. Penyebab terjadinya anosmia dijelaskan karena kegagalan stimulus ditangkap oleh reseptor pada sel-sel sensoris, sehingga stimulus terabaikan, dan tidak ada rangsang yang dilanjutkan ke otak (Aditya, 2020).
Etiologi
Gangguan inflamasi dan obstruktif (50%-70% kasus anosmia) merupakan penyebab anosmia yang paling umum. Gangguan ini menyebabkan anosmia melalui radang mukosa serta melalui obstruksi langsung. Contoh penyakit sinus nasal dan paranasal (rhinosinusitis, rinitis, dan polip hidung)
Trauma kepala adalah penyebab umum lain dari anosmia karena dapat menyebabkan kerusakan pada hidung atau sinus yang akan menyebabkan penyumbatan dan obstruksi. Trauma SSP yang menyebabkan anosmia dapat bersifat sementara atau permanen tergantung pada area dan luasnya cedera.
Penuaan dan proses neurodegeneratif dapat dikaitkan dengan hilangnya penciuman yang pada akhirnya dapat mengakibatkan anosmia. Penuaan normal dikaitkan dengan penurunan sensitivitas terhadap penciuman. Seiring bertambahnya usia, individu kehilangan jumlah sel di bulbus olfaktorius serta luas permukaan epitel olfaktorius yang penting dalam penginderaan bau.
Kondisi bawaan yang berhubungan dengan anosmia termasuk sindrom kallmann dan sindrom turner.
Kondisi infeksi. Anosmia dikatakan sebagai salah satu gejala awal infeksi COVID-19
Tatalaksana
Perawatan dan manajemen tergantung pada etiologi karena anosmia bukanlah diagnosis tetapi gejala. Inflamasi dan obstruktif adalah penyebab paling umum dari anosmia (penyakit sinus nasal dan paranasal), glukokortikoid intranasal sering dapat mengelola penyebab ini. Obat lain yang dapat diberikan termasuk antihistamin dan glukokortikoid sistemik. Antibiotik seperti ampisilin dapat diresepkan untuk infeksi sinus bakteri. Pembedahan dapat menjadi pilihan bagi pasien yang memiliki masalah sinus kronis dan polip hidung yang gagal dalam manajemen medis konservatif.
Diagnosis banding
Hiposmia, yaitu berkurangnya kemampuan untuk mencium
Parosmia, yaitu persepsi yang berubah tentang bau setelah presentasi stimulus
Phantosmia, yaitu persepsi bau tanpa stimulus
Prognosis
Untuk gangguan penciuman yang disebabkan oleh kerusakan neuron penciuman karena trauma, tidak ada pengobatan khusus karena neuron penciuman memang memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Tetapi waktu dan tingkat regenerasi tergantung pada tingkat kerusakan, dan ada perbedaan dalam kemampuan regeneratif antar individu. Regenerasi dapat berlangsung selama berhari-hari hingga bertahun-tahun, dan pemulihan total bukanlah jaminan.
Komplikasi
Anosmia dengan sendirinya tidak mungkin menyebabkan komplikasi. Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi bau berbahaya dapat mengancam jiwa. Selain itu, kemampuan untuk menikmati rasa makanan dengan benar juga dapat terpengaruh jika terjadi anosmia.
Pencegahan dan pendidikan pasien
Pasien dengan anosmia dapat memiliki implikasi keamanan karena mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mencium mungkin kehilangan bau peringatan penting seperti asap dari kebakaran atau kebocoran gas alam.

Aditya, D. M. N. 2020. Anosmia pada COVID-19: Studi Neurobiologi. Jurnal Kesehatan dan Kedokteran. Vol. 2(1). Viewed on 30 September 2022. From: journal.ubaya.ac.id
Li, X., Lui, F. 2022. Anosmia. Treasur Island (FL): Penerbitan StatPearls

Shares:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *