Definisi
Hipotermia didefinisikan sebagai penurunan suhu tubuh di bawah 35°C. Kondisi ini umum terjadi di daerah geografis yang dingin dan selama bulan-bulan yang lebih dingin, meskipun juga dapat terjadi di lokasi dengan iklim yang lebih sejuk.
Epidemiologi
Epidemiologi hipotermia di Indonesia menunjukkan bahwa masalah ini sering terjadi pada bayi baru lahir, terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan bayi prematur. Menurut penelitian, angka kejadian hipotermia neonatal di Indonesia dapat mencapai 54% pada bayi yang dirawat di rumah sakit tertentu
Faktor Risiko
- Usia, obat obatan anastesi
- Stres dingin dapat mengakibatkan hipotermia
- kondisi kesehatan mental seperti demensia dan gangguan penyalahgunaan narkoba
- Keadaan situasional akibat kurangnya tempat tinggal
Etiologi
Epidemiologi
Hipotermia terjadi ketika tubuh melepaskan lebih banyak panas daripada yang diserap atau dihasilkannya. Faktor-faktor penting yang membantu mempertahankan panas dalam tubuh meliputi regulasi sistem saraf pusat dan perifer serta adaptasi perilaku.
Cara
Klasifikasi Berdasarkan Tanda dan Gejala
A. Hipotermia ringan ( 32–35°C / 89.6–95.0°F )
- Waspada, penilaian terganggu
- Amnesia , disartria , ataksia
- Takikardia , takipnea
- Gemetaran
- Diatesis perdarahan
B. Hipotermia sedang ( 28–32°C / 82.4–89.6°F )
- Memperburuknya depresi sistem saraf pusat , misalnya kelesuan , pingsan
- Hipoventilasi
- Bradikardia , aritmia jantung
- Hiporefleksia
- Pupil mata melebar
- Hilangnya menggigil biasanya terjadi
- Diuresis dingin : Vasokonstriksi perifer pada hipotermia meningkatkan aliran darah sentral dan ginjal, yang menyebabkan hormon antidiuretik, sehingga menghasilkan urin yang encer.
- Paradoxical undressing : pelepasan pakaian yang tidak normal oleh pasien meskipun suhu lingkungan rendah
- Ileus , pankreatitis
C. Hipotermia parah ( < 28°C / < 82.4°F )
- Koma , arefleksia
- Pupil tetap dan melebar
- Fibrilasi ventrikel
- Hipotensi
- Edema paru , apnea
- Oliguria
- Kekakuan (pseudo-rigor mortis)
- Tak berdenyut
Tatalaksana
Penanganan Hipotermia
- Resusitasi awal : pendekatan ABCDE
- Pasien tidak responsif: Periksa denyut nadi selama 60 detik ; mulai CPR jika tidak ada denyut nadi.
- Lepaskan pakaian basah dan pastikan lingkungan sekitar hangat.
- Pastikan pemantauan suhu inti terus-menerus selama resusitasi.
- Mulai teknik pemanasan ulang berdasarkan tahap hipotermia .
Teknik pemanasan ulang
1. Pemanasan Pasif
a. Pasien dengan hipotermia ringan mungkin hanya memerlukan pemanasan pasif .
b. Isolasi (misalnya dengan selimut) memungkinkan pasien mempertahankan panas tubuh.
c. Gerakan aktif dapat meningkatkan produksi panas.
2. Pemanasan Aktif
a. Hipotermia sedang hingga berat
b. Pemanasan pasif yang tidak berhasil
c. Pemanasan eksternal aktif
- Metodenya meliputi selimut penghangat, panas radiasi, dan udara hangat paksa .
- Hangatkan kembali badan terlebih dahulu sebelum anggota tubuh lainnya .
d. Pemanasan Internal Aktif
- Cairan infus yang dihangatkan
- Pemanasan darah ekstrakorporeal
Indikasinya meliputi:
- Henti jantung hipotermia
- Pemanasan ulang yang tidak berhasil dengan teknik lain
- Pilihannya meliputi pemanasan ulang vena-vena, hemodialisis , dan dukungan kehidupan ekstrakorporeal ( ECLS ).
Preventif
Upaya Preventif
- Yang pertama adalah perubahan perilaku. Pasien harus tetap berada di dalam ruangan sebisa mungkin saat cuaca dingin. Jika tidak, pakaian yang tepat harus dikenakan untuk perlindungan di luar ruangan.
- Yang kedua adalah melindungi anggota rumah tangga yang rentan. Pengasuh anak kecil, orang tua, dan orang dengan masalah kesehatan mental harus diingatkan untuk memastikan bahwa orang yang mereka asuh mengenakan pakaian yang pantas.
- Ketiga, memastikan rumah memiliki penghangat yang memadai, dengan memasang alat pengaman kebakaran.
- Keempat, menghindari aktivitas yang meningkatkan risiko hipotermia, seperti bermain papan seluncur salju atau mendaki gunung di tempat yang dingin.
DAFTAR
Sumber
Duong H, Patel G. 2024. Hipotermia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. From: https://www.ncbi.nlm.nih.gov
Laras, M., & Mustriwi, M. (2021). Pengetahuan Pendaki Gunung tentang Hipotermia. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 9(2), 72-80.