1. Definisi

Carpal Tunnel syndrome adalah sekumpulan gejala dan tanda yang muncul akibat penekanan nervus medianus pada carpal tunnel di pergelangan tangan.

2. Epidemiologi

Prevalensi dari populasi umum sekitar 3,8%. CTS merupakan hasil dari kombinasi kondisi kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus saat melewati terowongan karpal

3. Etiologi dan patofisiologi

Hipotesa mengenai patogenesis dari CTS, faktor mekanik dan vaskular memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat.

Kongesti yang terjadi ini akan menggangu nutrisi intrafsikuler lalu diikuti oleh anoksia yangakan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terkado edema epineural.

Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.

Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berkelanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berakibat terjadi kerusakan pada saraf tersebut.

4. Faktor risiko

a. Faktor intrinsik = faktor intrinsik disebabkan karena adanya penyebab sekunder meliputi perubahan hormonal pada saat hamil dan hemodialisis yang berlangsung lama

b. Faktor penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi dan pekerjaan

c. Faktor trauma

5. Gejala dan TandaMati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan terutama malam hari.

a. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya selama penggunaan.

b. Penurunan cengkeraman kekuatan.

c. Kelemahan dalam ibu jari.

d. Sensasi jari bengkak, (ada atau tidak terlihat bengkak)

e. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin

6. Diagnosis

Diagnosa CTS ditegakan selain berdasarkan gejala-klinis serperti di atas dan diperkuat dengan pemeriksaan yaitu :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan menyeluruh dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik, dan otonom tangan.

Tes Provokasi untuk menegakan diagnosa CTS adalah :

  • Phalen’s Test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
  • Tinel’s Sign : Perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. Bila ada nyeri menjalar atau parestesia tes positif
  • Flick’s Sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan jari-jarinya bila keluhan atau menghilang
  • Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar
  • Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan laat dinamometer
  • Pressure Test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong tes diagnosa.
  • Luthy’s sign (bottle sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa
  • Pemeriksaan sensibilitas : adanya parestesia dan hiperese. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes (+) dan menyokong diagnosa.
  • Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

b. Pemeriksaan EMG

Kecepatan hantar saraf akan menurun dan masa laten distal memanjang, menunjukan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

c. Pemeriksaan Radiologi

  • X-Ray
  • USG
  • CT-Scan dan MRI untuk kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi
  • Pemeriksaan Laboratorium

Kadar gula darah, darah lengkap, atau kadar hormon tiroid

7. Diagnosa Banding

Tenosinovitis, Rematoid Atritis, de Quervain’s syndrome, Cervical radiculopathy, Inoracic outlet syndrome, Pronator teres syndrome.

8. Terapi

  1. Terapi konservatif
  2. Istirahatkan pergelangan tangan
  3. obat anti inflamasi non steroid
  4. obat neuropatik
  5. pemasangan bidai pada posisi netral
  6. injeksi steroid denan triamcisolon atau dekametason
  7. vitamin B6 (piridoksin) 100-300 mg/hari
  8. fisioterapi. ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan
  9. Terapi operatif
  10. terapi konservatif dengan semua modalitas terapi gaal
  11. atrofi otot-otot thenar
  12. gangguan sensorik yang berat
  13. upaya mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara lain:
  14. mengurangi gerakan repetitif. gerakan kaku atau getaran peralatan tangan pada saat bekerja
  15. desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja
  16. ,Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan
  17. mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta mengupayakan rotasi kerja

9. Prognosa;

Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. bila keadaan tidak membai dengan terapi konservatif maka tindakan operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik

Sumber :

Munir, B. 2017. Neurologi Dasar. Edisi Kedua. Sagung Seto : Malang

Shares:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *