Definisi
Definisi
Morbus Hansen atau biasa dikenal dengan Lepra adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh lambat yang disebut dengan Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyerang saraf sehingga menyebabkan pembengkakan di bawah kulit. Area yang terkena menyebabkan kehilangan kemampuan merasakan sentuhan dan rasa sakit. Perubahan kulit yang dipengaruhi oleh bakteri ini mengalami perubahan warna bisa lebih terang atau lebih gelap, kering dan bersisik, disertai mati rasa dan kemerahan. Nama lain dari Lepra juga dikenal dengan Kusta.
Etiologi
Etiologi
Penularan penyakit ini belum diketahui pasti oleh para ahli. Namun, sebagian mengatakan penyakit ini menular melalui cairan dari saluran pernapasan (droplet) dari hidung dan mulut. Kontak dekat yang berkepanjangan dengan penderita kusta yang tidak diobati menyebabkan seseorang tertular. Artinya, bakteri penyebab lepra tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah.
Penyebab lainnya yakni seperti bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta (armadillo), menetap/berkunjung ke kawasan endemik kusta, dan mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
Patogenesis
Patogenesis
Lepra atau kusta diduga terjadi melalui proses saluran pernapasan. Jika terkena penyakit ini, seseorang tidak menunjukkan adanya gejala. Hal ini disebabkan oleh masa inkubasi dari Mycobacterium leprae membutuhkan kisaran waktu yang sangat lama yaitu 2-5 tahun.
Setelah masuk melalui jalur pernapasan, bakteri tersebut disebarluaskan ke dalam jaringan yang kemudian berkembang biak di daerah yang lebih dingin seperti kulit dan saraf tepi. Mereka ditemukan berkembang biak paling baik pada suhu 32-34 derajat C.
Bakteri M. Leprae dapat menyebabkan kerusakan pada kulit dengan menginfeksi sel-sel kulit dan merusak sel-sel ini. Terjadi perubahan warna kulit, penebalan kulit, dan bercak-bercak putih. Selain kulit, kerusakan juga terjadi pada saraf tepi yang dapat menyebabkan mati rasa dan gangguan sensorik lainnya.
Manifestasi
Manifestasi Klinis
- Kulit
Kelainan kulit dapat berbentuk makula atau bercak hipopigmetasi dengan anestesi, atau makula hipopigmetasi disertai tepi yang menimbul dan sedikit eritematosa, atau berupa infiltrat/plak eritematosa, atau dapat pula berbentuk papul dan nodul. adanya gangguan sensibilitas berupa anestesi atau hipoestesi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis kusta. Gambaran klinis kulit yang beragam ini dapat digunakan untuk menentukan tipe kusta, karena khas untuk tipe tertentu.
- Saraf Perifer
Manifestasi neurologis terbanyak pada kusta ialah adanya kerusakan saraf perifer yang menyertai lesi kulit, terutama pada serabut saraf kulit dan trunkus saraf. Saraf perifer yang sering terkena ialah N.ulnaris, N.radialis, N.medianus, N. poplitea lateralis, N. tibialis posterior, N. fasialis, N. trigeminus serta N.auricularis magnus.
- Mata
Kerusakan mata pada penyakit kusta dapat terjadi intraokular maupun ekstraokular. Kerusakan intraokular berupa episkleritis, skleritis, iridosiklitis, keratitis, ulkus kornea, serta penurunan sensibilitas kornea. Sedangkan kerusakan ekstraokular yang dapat terjadi berupa madarosis, lagoftalmus, dakriosistisis, serta mata kering. Lebih lanjut, kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan padahal penderita kusta sangat bergantung pada penglihatannya untuk mencegah tangan dan kakinya yang kebas mengalami cedera.
- Gangguan Psikiatrik
Kusta merupakan penyakit fisik yang sangat erat hubungannya dengan dampak psikososial yang dialami oleh pasien. Studi pada tahun 1980 menyatakan bahwa prevalensi morbiditas psikiatri pada penyakit ini lebih tinggi dibandingkan populasi umum
Klasifikasi
Klasifikasi
1. Klasifikasi WHO
Untuk kepentingan pengobatan, WHO pada tahun 1987 membuat klasifikasi kusta menjadi 2 tipe, yaitu tipe Pausibasiler (PB) dengan sedikit atau tidak ditemukan bakteri dan tipe Multibasiler (MB) dengan jumlah bakteri yang banyak. Tipe PB menurut WHO adalah tipe TT dan BT menurut Ridley dan Jopling, sedangkan tipe MB adalah tipe BB, BL dan LL, atau tipe apapun dengan BTA positif.
2. Klasifikasi Ridley-Jopling
Klasifikasi kusta menurut Ridley dan Jopling dibuat berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis dan imunologis menjadi 5 tipe. Pembagian 5 tipe tersebut sebagai berikut:
- TT: Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
- BT: Borderline tuberculoid
- BB: Mid borderline
- BL: Borderline lepromatous
- LL: Lepromatosa polar, bentuk yang stabil
Tanda-tanda tersangka kusta yang perlu diwaspadai ialah:
Tanda-tanda pada kulit
- Lesi kulit yang eritema atau hipopigmentasi (gambaran yang paling sering ditemukan), datar atau menimbul
- Lesi hipoestesi atau anestesi
- Lesi yang tidak gatal
- Anestesi atau parestesi pada tangan dan kaki
- Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat (anhidrosis), mengkilap atau kering bersisik, dan atau alis mata tidak berambut (madarosis).
- Bengkak atau penebalan pada wajah dan cuping telinga
- Lepuh tidak nyeri pada tangan dan kaki
Tanda-tanda pada saraf :
- Nyeri tekan dan atau spontan pada saraf
- Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk, dan nyeri pada anggota gerak
- Kelemahan anggota gerak dan atau kelopak mata
- Pembesaran saraf
- Adanya cacat (disabilitas, deformitas)
- Luka (ulkus) yang sulit sembuh
Sumber
Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta dan mempunyai kelainan kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi
Sumber
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA KUSTA
CDC (2021). Hansen’s Leprosy. Centers for Disease Control Prevention. Viewed on 03 September 2023. From: https://www.who.int/news-room/ fact-sheets/detail/leprosy
WHO (2020). Weekly Epidemiological Record. World Health Organization. Viewed on 03 September 2023. From: https://www.who.int/news-room/ fact-sheets/detail/leprosy